Mamah, panggilan penuh kasih yang saya berikan kepada ibu tercinta, adalah sosok pahlawan dalam hidup saya. Beliau adalah pilar kekuatan yang tak pernah goyah, meski badai kehidupan datang silih berganti. Sejak kecil, mamah telah menanamkan nilai kemandirian dalam diri saya. Dengan penuh kesabaran, beliau mengajarkan setiap keterampilan yang dimiliki seorang perempuan. Mencuci, memasak, menjahit, berbelanja di pasar, hingga membuat kue dengan cinta.
Pesan mamah yang selalu terpatri dalam hati saya adalah, "Jadi laki-laki harus serba bisa, jangan ngerepotin istri." Kata-kata ini bukan sekadar nasihat, melainkan warisan berharga yang membentuk karakter saya hingga kini. Mamah mengajarkan bahwa selama pekerjaan di rumah bisa dilakukan sendiri, lakukanlah dengan sepenuh hati. Jangan pernah menjadi beban bagi orang lain.
Lebih dari itu, mamah juga memperkenalkan saya pada dunia perdagangan. Sejak kecil, saya sudah merasakan serunya berjualan di bulan puasa, menawarkan makanan, permen, dan kembang api. Mungkin terlihat sepele, namun pengalaman ini meninggalkan jejak yang mendalam. Dari menjajakan dagangan hingga mengelola transaksi keuangan, semua itu membekas dan terus saya kenang hingga saat ini.
Banyak pelajaran hidup yang mamah berikan, yang tak bisa sepenuhnya diungkapkan dengan kata-kata. Mamah adalah malaikat tanpa sayap yang selalu mendampingi saya, dengan doa-doanya yang tak pernah putus. Kehadirannya adalah cahaya yang menerangi jalan saya, dan hingga kini, saya masih merasakan hangatnya kasih sayang beliau yang abadi.
~☺~
Posting Komentar