Sebuah Percakapan Tentang Tugas dan Komitmen ASN
Beberapa pertemuan dalam hidup terasa biasa saja. Namun ada kalanya, satu percakapan singkat meninggalkan jejak panjang dalam pikiran dan hati. Seorang guru datang kepada saya, dengan wajah yang penuh tanya, membawa keresahan yang tidak ringan. Ia ditempatkan jauh dari rumahnya. Sebagai sesama aparatur sipil negara, saya tidak hanya mendengar, saya turut merasakan.
Siang itu, di ruang penerimaan tamu, kami duduk berhadapan. Beliau adalah seorang ASN PPPK Guru yang baru saja menerima surat tugas. Lokasinya jauh, membuatnya tertegun dan mulai bertanya-tanya: “Apakah ini adil? Haruskah saya menerima ini begitu saja?”
Saya mendengarkannya, tidak hanya dengan telinga, tapi dengan hati. Saya tahu bagaimana rasanya berjarak dari keluarga, dari kampung halaman, dari kenyamanan yang selama ini menjadi bagian dari hidup kita. Tapi sebagai ASN, kita bukan sekadar bekerja. Kita mengabdi.
Saya tunjukkan padanya beberapa landasan hukum yang menjadi pijakan pengabdian ini. Di Undang-Undang ASN Nomor 20 Tahun 2023 Pasal 10, tertulis bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik. Artinya, kita adalah ujung tombak dari kebijakan yang disusun negara demi pelayanan masyarakat yang merata, termasuk di pelosok.
Lebih lanjut, Pasal 24 ayat 1 menegaskan: "ASN bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia." Ini adalah komitmen yang tidak hanya tertulis dalam undang-undang, tetapi juga kita sepakati sendiri saat menandatangani pernyataan bermaterai ketika dinyatakan lulus ASN PPPK.
Saya berkata padanya, dengan lembut namun tegas, “Saya dan Anda, saat memilih jalan ini, sudah sepakat untuk mengabdi. Komitmen itu adalah bagian dari identitas kita sebagai ASN.”
Pengabdian bukan selalu soal tempat yang dekat, jalan yang mulus, atau kenyamanan yang kita bayangkan. Kadang, ia hadir dalam bentuk tantangan, penempatan jauh, adaptasi baru, rindu yang harus ditekan. Tapi di balik semua itu, ada makna. Kita menjadi bagian dari perubahan di tempat yang mungkin selama ini terpinggirkan.
Menjadi ASN bukan hanya profesi, tapi pilihan hidup. Pilihan untuk hadir di manapun bangsa ini memanggil. Pilihan untuk tidak sekadar bekerja demi gaji, tapi memberi diri untuk negeri.
Untuk Anda yang hari ini menjalani penempatan jauh, atau merasa langkah ini terasa berat. Ingatlah komitmen awal Anda. Jadikan tantangan ini sebagai ruang tumbuh. Karena pengabdian sejati tidak diukur dari seberapa nyaman kita bekerja, tapi seberapa ikhlas kita menjalaninya.
Mari kita jalani tugas ini bukan sebagai beban, tapi sebagai bentuk cinta kepada Ibu Pertiwi.
Salam Inovasi, Salam implementasi.
~☺~
Posting Komentar