“Kadang, pelajaran hidup yang paling berharga justru kita temukan saat menjalani tugas sederhana di tempat yang tak terduga.”
Hari ini, Kamis 12 Juni 2025, saya mendapat tugas untuk melakukan monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan SPMB (Seleksi Penerimaan Murid Baru). Setelah menyelesaikan tugas di SMAN 6 Kota Bekasi, saya melanjutkan perjalanan menuju lokasi berikutnya, SMAN 11 Kota Bekasi.
Perjalanan memakan waktu sekitar 36 menit berdasarkan Google Maps. Ketika tiba di gerbang sekolah, saya sedikit terkejut karena lokasi sekolah berada di dalam komplek TNI AU. Sesuai SOP, saya membuka jendela mobil sebelum memasuki area.
"Selamat siang, Pa. Saya Yuyus dari Dinas Pendidikan, izin untuk monev kegiatan SPMB," sapaku kepada petugas keamanan. Dengan ramah, beliau menunjuk area parkir di lapangan yang rindang. “Silakan Pa, bisa menunggu di lobi. Ibu Kepala Sekolah sedang menerima tamu.”
Di lobi, saya disambut hangat oleh staf sekolah. “Bapak, mohon menunggu sebentar ya. Silakan diminum,” ujar seorang ibu sambil menyuguhkan minuman dan cemilan. Sembari menunggu, saya sempat bertanya lokasi masjid dan menunaikan salat terlebih dahulu. Seusai salat, saya berkeliling lingkungan sekolah dan terkesan dengan suasana asri serta pojok tanaman melon yang tertata rapi.
Saya kemudian minta izin untuk langsung ke lokasi SPMB. Di sana, petugas sudah siap memberikan layanan konsultasi. SMAN 11 menyediakan dua ruang khusus layana SPMB, ruang konsultasi dan ruang operator/verval. Setiap siswa yang mengalami kesulitan dipandu dengan telaten, dari mulai scan dokumen, hingga penataan urutan berkas.
Di ruang operator, saya duduk di samping salah satu panitia untuk menggali informasi. “Pak, apakah ada kendala selama proses SPMB?” tanya saya. “Alhamdulillah lancar, meski ada satu kasus titik domisili pendaftar yang tidak sesuai dengan kartu keluarga,” jelas beliau sambil menunjukkan catatannya. Ternyata, panitia sudah membentuk tim khusus yang bertugas menghubungi pendaftar bermasalah.
Di sinilah saya menyadari. Kolaborasi, keterbukaan informasi, dan sistem kerja yang rapi adalah kunci keberhasilan pelayanan publik, bahkan di level sekolah.
Tak lama, Ibu Wijajanti, Kepala SMAN 11 Kota Bekasi, menghampiri saya. “Assalamu’alaikum, Ibu. Mohon maaf, saya sempat keliling melihat suasana SPMB,” sapa saya. Dengan ramah, beliau mengajak saya meninjau langsung alur pelayanan.
Saya juga menyempatkan berbincang dengan seorang ayah yang sedang menunggu di kursi tunggu. “Bapak mendaftarkan anaknya?” tanya saya. “Iya, Pa. Anak saya sekolah di DKI, tapi tak punya akun buat daftar,” jawabnya. Saya menjelaskan bahwa karena data anak beliau tidak ada di sistem Jawa Barat, maka pihak sekolah membantu membuatkan akun pendaftaran. Ternyata, letak SMAN 11 Kota Bekasi memang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, sehingga banyak pendaftar dari luar provinsi.
Hingga sore hari, saya masih sempat berbincang cukup panjang dengan Ibu Wijajanti. Kami berdiskusi banyak hal, mulai dari status guru honorer dan PPPK, hingga arah kebijakan pemerintah pusat ke depan. Tak terasa, waktu menunjukkan hampir pukul 16.00. Saya pun berpamitan, menyampaikan terima kasih atas sambutan hangat dan informasi berharga yang telah diberikan.
Hari itu saya tidak hanya pulang membawa laporan, tapi juga membawa pelajaran tentang bagaimana ketulusan dan kolaborasi mampu menghadirkan pelayanan pendidikan yang manusiawi.
🌱 Ajakan untuk Kita Semua
Setiap tugas yang kita emban, sekecil apapun itu, adalah bagian dari pengabdian. Mari terus berkontribusi dengan sepenuh hati, karena di balik angka dan data, ada harapan dan masa depan anak bangsa yang sedang menanti.
Salam Inovasi, Salam implementasi.
~☺~
Posting Komentar